Genre: Action, Comedy, Crime | Director: Shane Black | Duration: 116 minutes
THIS REVIEW CONTAINS MINOR SPOILERS.
Hingga saat ini, saya masih jatuh cinta sama aktor Ryan Gosling. Selain ganteng, saya akui bahwa aktingnya juga keren. Apalagi waktu main di film “The Big Short” sebagai Jared Vennett, seorang bankir yang mengambil kesempatan dan keuntungan saat terjadinya krisis finansial di Amerika Serikat pada tahun 2008 (saya sudah bikin reviewnya loh, hehe). Alhasil saya jadi semakin susah buat move on, dan malah kepo filmografinya doi, yang membawa saya kepada film terbarunya berjudul “The Nice Guys”, juga dibintangi oleh Russell Crowe sebagai co-star.
Secara singkat, plot “The Nice Guys” menceritakan konspirasi dibalik kematian bintang porno Misty Mountains (Murielle Telio), yang selanjutnya melibatkan tukang pukul Jackson Healy (Russell Crowe), dan detektif swasta bernama Holland March (Ryan Gosling). Keterlibatan mereka berawal dari tokoh bernama Amelia Kuttner (Margaret Qualley). Amelia menyuruh Healy untuk menghabisi seseorang yang menguntitnya, dan orang itu tak lain adalah March. Di sisi lain, March menguntit Amelia untuk menguak sebuah kasus yang sedang dikerjakannya.
STRONG CHARACTERS, INDEED
Saya tertarik dengan tokoh yang memiliki perkembangan karakter, kemana pun arahnya, dibanding melihat tokoh yang “terjebak” di situ-situ saja. Tetapi Holland March adalah pengecualian. Ia memiliki karakteristik yang jauh dari seorang detektif “pada umumnya”. March jenaka, suka bertingkah konyol, payah dalam melakukan pekerjaannya, dan mata duitan. Karakter ini ia pertahankan hingga akhir film. Kalau diperhatikan, “The Nice Guys” memiliki siasatnya sendiri terhadap karakter March, yaitu dengan membuat dirinya banyak tingkah dan gemar berulah. Sehingga meskipun tidak ada perkembangan yang signifikan, tokoh March tetap menghibur saya.
Lain dengan Healy, meski perkembangan karakternya sedikit, tapi berpengaruh terhadap hubungan antara dirinya dan March dalam film. Healy jadi lebih tolerir akan kebodohan rekannya, dan masih mau membantunya dalam kesulitan (kurang baik apalagi?). Saya sadar, kalau keeratan hubungan mereka memang terbentuk sangat cepat. Ia yang tadinya ganas ketika pertama kali bertemu March, seiring film berjalan, malah menjadi sohib yang kadang disepelekan oleh March. Seketika, Healy ‘berubah’ menjadi sosok yang membutuhkan teman untuk berbagi. Terlihat di beberapa adegan, Healy bercerita kepada March – walaupun doi dicuekin sama March, tega.
Sebagai film dengan konten dewasa, “The Nice Guys” cukup berani memasukkan beberapa tokoh berusia remaja. Film ini memberikan potret terhadap remaja di era ’70-an melalui karakter yang bertingkah layaknya orang dewasa dan berlagak tahu akan segala hal. Salah satunya Holly March (Angourie Rice), anak dari Holland March. Entah Holly sadar atau tidak, ia sampai nekat untuk ikut membantu menyelesaikan kasus ayahnya. Kerasnya “lapangan kerja” sang ayah, masih belum menaklukan rasa sok tahunya kepercayaan diri Holly yang tinggi. Ia tidak peduli bila berada di dunia yang penuh bahaya.
Tetapi, Holly memiliki karakter yang sanggup menghidupkan film. Ia “menyingkirkan” sifat ‘buas’ dari Healy, membantu Amelia meloloskan diri, dan terkadang menjadi sosok superior di hadapan sang ayah – salah satunya saat ia menyadarkan Holland sebagai “detektif terburuk di dunia”.
PERFECT COMBINATION
Bagi saya, sejujurnya agak susah mencari film yang kombinasi antara aksi dan unsur komedinya pas. Makanya, terkadang lebih baik jika menonton film yang memang fokus ke komedi, atau seutuhnya menggarap aksi-aksinya saja.
Hingga akhirnya muncul film “The Nice Guys”. Film ini mampu memadukan komedi dan aksi, tanpa membuat jokes-nya terkesan maksa. Candaan yang ditaruh di film ini cenderung berbau sarkas sih, jadi buat penggemar candaan ringan: NOT TODAY. Kalau soal aksinya, selama ngga berharap akan penuh ledakan dan tembakan bertubi-tubi, film ini cocok dinikmati.
Shane Black sebagai sutradara dan penulis naskah – bersama Anthony Bagarozzi, memasukkan kedua elemen tersebut dengan porsi yang adil. Black tahu kapan ia bisa menempatkan candaan-candaannya, dan dalam kondisi seperti apa ia perlu membuat kedua tokoh utamanya melakukan aksi baku hantam dengan antagonis. Penggunaan gaya yang tak jauh beda seperti ketika ia menyutradarai dan menulis naskah untuk film “Iron Man 3”.
Sayangnya, untuk kesan pertama, konflik pada film agak susah diikuti. Ibarat peribahasa “sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit”, permasalahan di film yang belum sempat terselesaikan, malah muncul masalah baru lagi. Pun sudah menyelipkan penjelasan terkait konflik di dalam percakapannya, hal ini tidak terlalu membantu agar lekas paham. Mau ngga mau, saya harus menunggu hingga konfliknya benar-benar terselesaikan.
Mengambil setting di era 70-an, “The Nice Guys” memberikan nuansa segar di tengah ramainya film-film bertema sci-fi dan penuh perkelahian. Akting Gosling sangat ciamik, serta muka-dengan-ekspresi-seadanya Russell Crowe menjadi kolaborasi apik dan berkesan. Kendati tidak mendapatkan keuntungan apresiasi yang besar, film ini sangat wajib ditonton. Apalagi yang juga jatuh cinta sama Ryan Gosling seperti saya. Hehe.
Sepertinya, akan asik bila “The Nice Guys” mendapatkan sekuel, saya bisa melihat mereka yang sudah menjadi satu tim solid untuk menguak misteri!
“The Nice Guys”, a perfect mismatched between two people and two elements brought to the screen.
Disclaimer: All pictures used in this review were taken from IMDb.
If you have your own interpretation or just want to make a comment about the film or my review, kindly share your thoughts below!
Your feedback is all that I need.
Kalau udah pernah liat film-filmnya Shane Black yang sebelum Iron Man 3, pasti kerasa benang merah The Nice Guys sama film-filmnya yang lain macam Kiss Kiss Bang Bang atau film yg dia tulis aja macam Lethal Weapon atau Last Boy Scout.
Nice write-up anyway!
LikeLike
Iya nih belum kesampean nonton film dia yg lain jadi masih kurang referensinya huhu.
Anyway thanks! I already read your review about this movie and it’s really great!
LikeLiked by 1 person
Dia baru sutradarain 3 film panjang kl ngga salah, tapi udah nulis film2 hardboiled jaman baheula…
Aku yang terima kasih kl gitu 😀 udah pernah nonton Inherent Vice blm? Mirip kayak gini tapi lebih odd ehe
LikeLike
Beluuum haha 🙈 udah aku masukin list sih tapi. Tinggal nyari moodnya aja buat nonton 😜
LikeLike